Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar
negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom,
memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan
akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut
mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari
laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa
dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah
penggunaan metode kurs berlaku.
Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan
dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil
keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam
laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi.
Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang
berubah dalam metode kurs berlaku.
Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku
dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari
laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan
pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan
perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif
valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk
sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil
konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari
masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada.
Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar
negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya
historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta
lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis
aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap
$1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran,
nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku).
Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa
semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu,
mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang
disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator
perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar
karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya
didukung oleh inflasi lokal.
Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan
historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas
berikut ini.
Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis,
yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva
lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri
ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan
menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan
dengan kurs historis.
Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi,
ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau
dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan
dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan
memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan
diperoleh.
Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya,
metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang
ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak
menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana
yang akan digunakan dalam proses transiasi.
Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis,
metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk
menentukan kurs translasi yang tepat.
Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs
berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta
domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai
penyelesaiannya.
Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta
merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai
tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah
atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah
(restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP
AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal
neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan
diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain
diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau
terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur
berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga
berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek
kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini.
Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis
akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah
dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang
berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip
temporal dengan demikian menyatakan bahwa
uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan
seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca.
Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya
ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan
dengan harga uang tersebut.
Metode translasi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis metode yang
menggunakan kurs translasi tunggal untuk menyajikan ulang saldo dalam
mata uang asing ke dalam nilai ekuivalen dalam mata uang domestic atau
metode yang menggunakan berbagai macam kurs.
1. Metode Kurs Tunggal
Metode ini sudah lama popular di Eropa, menerapkan suatu kurs nilai
tukar, yaitu kurs terkini dan kurs penutupan, untuk seluruh aktiva dan
kewajiban lancer. Pendapatan dan beban dalam mata uang asing umumnya
ditranslasikan dengan menggunakan kurs nilai tukar yang berlaku pada
saat pos-pos tersebut diakui. Namun demikian untuk memudahkan pos-pos
ini umumnya ditranslasikan dengan menggunakan rata-rata tertimbang kurs
nilai tukar yang tepat untuk periode tersebut. Laporan keuangan sebuah
operasi asing memiliki domisili pelaporannya sendiri, lingkungan mata
uang local di mana perusahaan afiliasi asing melakukan usahanya. Suatu
aktiva atau kewajiban dalam mata uang asing dikatakan menghadapi resiko
mata uang asing jika ekuivalen dalam mata uang digunakan untuk
mentranslasikan aktiva atau kewajiban tersebut.
2. Metode Kurs Berganda
Metode Kurs Berganda menggabungkan kurs nilai tukar histories dan kurs nilai tukar kini dalam proses translasi.
3. Metode Kini-Nonkini
Berdasarkan Metode Kini-Non Kini, aktiva lancar dan kewajiban lancer
anak perusahaan luar negeri ditranslasikan ke dalam mata uang pelaporan
induk perusahaannya berdasarkan kurs kini. Aktiva dan kewajiban tidak
lancer ditranslasikan berdasarkan kurs histories. Pos-pos laporan laba
rugi (kecuali beban depresiasi dan amortisasi) ditranslasikan
berdasarkan kurs rata-rata yang berlaku dalam setiap bulan operasi atau
berdasarkan rata-rata tertimbang selama keseluruhan periode pelaporan.
Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan berdasarkan kurs
histories yang tercatat saaat aktiva tersebut diperoleh.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis.
Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancer secara
tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata
uang asing sama-sama menghadapi resiko nilai tukar.
4. Metode Moneter-Nonmoneter
Metode Moneter-Non Moneter juga menggunakan skema klasifikasi neraca
unutk menentukan kurs translasi yang tepat. Aktiva dan kewajiban moneter
ditranslasikan berdasarkan kurs kini. Pos-pos non moneter aktiva tetap,
investasi jangka panjang, dan persediaan investor ditranslasikan dengan
menggunakan kurs histories. Pos-pos laporan laba rugi ditranslasikan
dengan menggunakan prosedur yang sama dengan yang dijelaskan untuk
konsep kini-non kini.
5. Metode Temporal
Dengan menggunakan metode temporal, tranlasi mata uang merupakan proses
konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode ini
tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, melainkan hanya mengubah
unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan
pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut tetapi bukan penilaian
sesungguhnya. Berdasarkan GAAP AS, kas diukur berdasarkan jumlah yang
dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan utang dinyatakan sebesar
jumlah yang diperkirakan akan diterima atau akan dibayar pada saat jatuh
temponya.
Sumber :
http://andamifardela.wordpress.com/2011/05/11/translasi-mata-uang-asing/